9/23/2013

STOP Sebut Kami Orangtua Hebat, karena Memiliki Anak Cacat

 Kompas.com - Seorang ibu muda menghampiriku sembari tersenyum, “Saya hanya ingin bilang, kalian adalah orangtua yang hebat’’ ujarnya.


Saat itu aku dan suami, Dave, sedang menikmati akhir pekan di kolam renang umum bersama anak kami, Max. Kami tengah bersemangat mendampingi Max melompat di beberapa bantalan besar hijau di dalam kolam.  Karena Max memiliki keterbatasan fisik, maka Dave membantunya meraih tali bantu untuk melompat. Melihat mereka begitu kompak membuatku semakin bahagia, dari tepi kolam renang aku terus bersorak-sorai ke arah mereka.
Tanpa mengurangi rasa hormat pada seorang ibu yang tadi memujiku. Jujur saja, Aku dan Dave sudah sering mendengar hal yang demikian. Mungkin itu bentuk rasa prihatin, atau kepedulian karena aku memiliki seorang anak dengan kebutuhan khusus. Apabila Anda memiliki anak dengan kondisi seperti anakku, kalian pasti sering mendapatkan pujian yang sama.
Aku pernah membaca sebuah artikel yang mengisahkan satu keluarga dengan anak berkebutuhan khusus di North Carolina. Mereka sedang menikmati makan siang di restoran, saat akan membayar, ternyata tagihan mereka telah dilunasi oleh seorang dermawan anonim yang meninggalkan pesan di secarik kertas. Kira-kira seperti ini bunyi pesan itu, “Tuhan hanya menitipkan seorang anak ‘istimewa’ kepada orangtua yang juga istimewa.”
Menyampaikan pujian dengan tujuan memberikan semangat memang lebih baik dibandingkan tatapan mengasihani. Tetapi anggapan bahwa kami adalah orangtua yang hebat dan tangguh, terus terang itu sangat berlebihan. Kenapa? Memang anak kami memiliki kekurangan, tetapi apa yang aku dan Dave lakukan untuk Max adalah bagian dari tanggung jawab kami sebagai orangtua. Jadi, saat ada orang yang menyanjung kami atas hal sederhana yang kami lakukan untuk Max, itu membuatku bingung. Mengapa mereka memandang ini sebagai sesuatu yang luar biasa. Dengan begitu, artinya secara tidak langsung mereka berpikir bahwa memiliki anak seperti Max adalah beban dan menyusahkan.
Menganggap orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus seolah malaikat, tanpa disadari mereka telah merendahkan kondisi si anak.
Sebenarnya Max yang lebih patut diberikan puji. Dia adalah seorang anak yang penyayang, unik dan cerdas, selalu menyenangkan berada di dekatnya. Kami mengasuhnya sama seperti mengasuh anak pertama kami, Sabrina. Kami merasa beruntung dengan kehadiran mereka, dan semoga mereka merasakan hal yang sama terhadap kami.
Aku tidak akan berbohong bahwa semua baik-baik saja, sebaliknya aku dan Dave sering bersinggungan dengan situasi yang sulit. Seperti misalnya kewalahan mengatur waktu kunjungan ke dokter dan terapi untuk Max, yang terkadang  berbenturan dengan satu dua hal. Lalu, berjuang agar perusahaan asuransi memberikan layanan terapi terbaik. Singkatnya, sebagai orangtua kami terus berupaya agar keluarga kami bahagia dan tercukupi kebutuhannya.
Max menderita cerebral palsy, yakni kelumpuhan pada otak besar, sehingga ia tidak bisa mengontrol pergerakan pada tubuhnya. Dengan situasi seperti itu, aku bangga pada teamwork yang kami sekeluarga lakukan untuk membantu Max menjadi lebih baik.
Terlepas dari memiliki anak berkebutuhan khusus atau tidak, sesungguhnya menjadi orangtua bukan pekerjaan yang mudah. Bahkan, Sabrina anak pertama kami yang terlahir normal, bukan berarti segalanya lebih mudah dengannya. Maka dari itu, kami tidak memerlukan pengakuan dari orang lain bahwa kami hebat karena memiliki Max.
Seperti ibu pada umumnya, aku pun kerap melakukan banyak ‘dosa kecil’ pada dua buah hatiku. Beberapa kali saat aku sedang lelah dan mereka berulah, aku marahi mereka dengan teriakkan. Terkadang, aku melonggarkan aturan dengan mengizinkan mereka nonton TV lebih lama. Saat sore menjelang, beberapa kali juga aku biarkan mereka tidak mandi, hanya karena aku masih ingin rebahan di kasur setelah tidur siang. Jadi, aku hanya orangtua biasa, aku seorang ibu pada umumnya, bukan seorang ibu sempurna yang tak pernah salah. Begitu juga Max, ia juga sama seperti anak seusia lainnya. Dan aku berharap begitulah kalian memandang kami, yakni keluarga pada umumnya.
Aku tahu ibu muda di kolam renang itu bermaksud baik. Makanya, walaupun terganggu aku tetap bersikap sewajarnya, “Terima kasih, kami selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak kami, sama saja seperti orangtua di luar sana” balasku.
Simpan saja pujian Anda untuk mereka yang lebih berhak. Karena, aku menyayangi dan menjaga Max layaknya seorang ibu kepada anaknya, berkebutuhan khusus atau tidak. Kami mengasuh anak kami dengan cara yang sama seperti orangtua lainnya, dengan menyayangi, membimbing dan  mengajarkan mereka. Kami memberikan apa yang mereka butuhkan, karena kami adalah orangtua mereka.
Tulisan asli dipublikasikan oleh Ellen Seidman pada buku “Love That Max”.


Sumber :
The Huffington Post
Jimmy Trianto Utomo

3/21/2013

GENERASI Z

Ketika belajar di rumah ananda selalu menyalakan televisi dan laptop.  Handphone selalu ada disebelahnya. Sesekali Ia membalas sms yang masuk.  Ketika diingatkan ananda berdalih lebih nyaman kalau belajar dengan cara demikian. Bahkan ananda marah kalau sedikit dipaksa untuk mematikan semua fasilitas tersebut. Berdasarkan hasil ulangan, ada beberapa mata pelajaran yang harus diremidi/tidak tuntas” kasus Parenting

Anak kita di kenal dengan Generasi Z (disebut juga iGeneration, Generasi Net, atau Generasi Internet) terlahir dari generasi X dan Generasi Y. Mereka lahir dan dibesarkan di era digital, dengan aneka teknologi yang komplet dan canggih, seperti: komputer/laptop, HandPhone, iPads, PDA, MP3 player, BBM, internet, dan aneka perangkat elektronik lainnya. Sejak kecil, mereka sudah mengenal (atau mungkin diperkenalkan) dan akrab dengan berbagai gadget yang canggih itu, yang secara langsung atau pun tidak langsung akan berpengaruh terhadap perkembangan perilaku dan kepribadiannya (akhmad sudrajat).
Penyakit Generasi Z, tentunya berkaitan dengan aneka teknologi, menurut Don Tapscott (Husi Wijaya) seperti:
  1. They are dumber than we were at their age. Generasi Z ini adalah generasi yang bakal banyak mengidap penyakit attention deficit disorders, sebuah penyakit neurobehavioral yang menyebabkan sang anak tidak mampu untuk memperhatikan atau fokus dan menjadi sangat impulsive. Generasi ini juga adalah generasi yang sangat sukar membaca dan berbicara karena pemakaian teknologi pembelajaran yang berlebihan.
  2. They are screenagers. generasi Z adalah generasi sangat kecanduan internet, akibatnya mereka kehilangan daya keahlian untuk bersosialisasi. Generasi ini juga dikatakan generasi yang malas berolahraga bukan karena mereka tidak mau, tetapi karena tidak ada waktu. Waktu mereka dihabiskan di depan komputer, handpone, dan TV.
  3. They have no shame. Didalam bukunya GIGI Durham berjudul Lolita Effect, generasi ini adalah generasi yang mengumbarngumbar semua informasi pribadi kepada semua orang. Mereka sangat senang bukan hanya menjadai narcissist tetapi juga menjadi exhibitionist. Kasus impersonation akan terus muncul dikalangan generasi ini.
  4. They are adrift in the world and afraid to choose a path. Generasi Z adalah generasi yang kehilangan arah, demikian kata Tapscott. Generasi yang setelah lulus kuliah tidak tahu mau kemana, kehilangan kepercayaan diri sehingga mereka memilih untuk kembali kerumah orang tuanya ketimbang hidup mandiri.
  5. They violate intellectual property rights and share anything they can on peer-to-peer networks with no respect for the rights of the creators or owners.Generasi Z adalah generasi yang tidak menghargai karya orang lain akibat banyaknya alasan untuk tidak membayar, mereka berkembang, menjadi kreatif dan pinter didalam mencuri melalui peer to peer network.
  6. They are violent, bullying friends online. Generasi Z adalah generasi yang menggunakan teknologi untuk mengejek, menghina dan bahkan bersikap sangat kasar kepada temam-temannya.
  7. They have no work ethics and will be a bad employee. Generasi Z cenderung tidak memiliki etos kerja, cenderung malas, tidak disiplin
  8. The latest narcissistic “me” generation. Generasi Z cenderung angkuh, sok bisa melakukan segalanya padahal omong kosong.
  9. They don't give a damn what do you think (super ego). Generasi Z memikirkan dirinya sendiri dan tidak peduli dengan teman-teman disekitarnya

Bagaimana langkah orang tua menghadapi anak seperti ini:
»        Beri kondisi nyaman anak anda (tenang)
»        Ajak anak anda berdialog untuk mencari kendala penyebab nilai akademis yang kurang maksimal
»        Beri pemahaman tentang perlu mengatur penggunaan HP, TV  dan Laptop
»        Beri contoh cara mengatur penggunaan HP, TV dan laptop dalam kegiatan sehari-hari
»        Bantu anak anda untuk mengatur penggunaan fasilitas hp, TV dan laptop
»   Buat kesepakatan  dengan anak anda mengenai penggunaan fasilitas hp, TV & laptop, termasuk konsekuensi jika anak anda melakukan atau melanggar kesepakatan tersebut
»        Konsisten melaksanakan kesepakatan

1/21/2013

Nikmat Sesaat, Melakukan onani

BERPIKIR NIKMAT SESAAT
MELAKUKAN ONANI
bagi Remaja

Kasus: Seorang remaja pria berusia 16 tahun di sebuah kota di Brasil, meninggal akibat terlalu sering onani/masturbasi. Kemudian korban ditemukan terkapar mati pada pagi hari oleh ibunya. Di kamar remaja itu ditemukan tumpukan majalah pornografi. Bahkan, terdapat kumpulan gambar dan film porno ditemukan di komputernya.(AIS/).
Kasus diatas, menjadi cambuk bagi orang tua untuk selalu peduli kepada anaknya. Komunikasi (kedekatan) dan pengawasan penggunaan alat teknologi perlu diciptakan pada lingkungan keluarga. Berpikir nikmat sesat namun berbahaya bagi pola pikir generasi muda atau remaja. Topik ini berkaitan dengan remaja melakukan onani.
Tujuan utama dari onani/masturbasi adalah untuk mencari kepuasaan atau melepas keinginan nafsu seksual dengan jalan tidak bersenggama.
Dalam bahasa Indonesia Masturbasi memiliki beberapa istilah yaitu onani atau rancap, yang maksudnya perangsangan organ sendiri dengan cara  menggesek-geseknya melalui tangan atau  benda lain hingga mengeluarkan sperma dan mencapai orgasme. Sedangkan bahasa gaulnya adalah coli atau main sabun yaitu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam memenuhi kebutuhan seksualnya, dengan menggunakan tambahan alat bantu sabun atau benda-benda lain, sehingga dengannya dia bisa mengeluarkan mani(ejakulasi).
Para ulama yang berpendapat bahwa onani mutlak diharamkan adalah Malikiyyah, Syafi’iyyah, dan Zaidiyah. Alasan mereka adalah bahwa Allah SWT. Memerintahkan hamba-Nya untuk menjaga kemaluannya dalam setiap keadaan, kecuali kepada istri dan budaknya. Apabila ada seorang laki-laki yang melampaui dua hal yang dihalalkan itu dan melakukan onani maka dia termasuk orang yang melampaui batas. Hal itu sebagaimana firman Allah SWT..,
“dan orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki,” maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Tetapi barang siapa mencari di balik itu (zina, dan sebagaimana), maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas” (al-Mu’minun (23): 5-7)
Adapun ulama yang berpendapat bahwa onani diharamkan dalam keadaan-keadaan tertentu dan diwajibkan dalam beberapa keadaan yang lain, mereka adalah ulama pengikut Mazhab Abu Hanifah. Mereka berkata bahwa onani diharamkan bila dilakukan hanya untuk mendapatkan kepuasan seks dan merangsang syawat. Namun mereka juga mengatakan bahwa onani boleh dilakukan bila seseorang tidak mampu untuk menahan nafsunya, sementara dia tidak memiliki istri atau budak perempuan. Ketika itu dia boleh melakukan onani untuk memenangkan syawatnya.
Pendapat sama dari ulama Hanabilah bahwa hukum onani adalah haram, kecuali bila seseorang melakukannya karena kawatir akan terjerumus kepada perbuatan zina atau karena khawatir akan kesehatannya, sementara dia tidak memiliki istri atau budak perempuan, dan tidak mampu menikah. Maka ketika itulah tidak ada masalah baginya untuk melakukan onani.
Berdasarkan pendapat para ulama diatas, dapat disimpulkan Secara syar’i Onani/masturbasi termasuk perbuatan yang diharamkan oleh syari’at dan merupakan perbuatan dosa. Berdasarkan Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu, berkata Aku mendengar Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya perkara yang halal itu jelas, yang haram itu jelas, dan diantara keduanya ada perkara-perkara yang samar (syubhat), yang tidak diketahui oleh banyak manusia. Barangsiapa yang menghindari syubat itu berarti dia telah membersihkan diri untuk agama dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus ke dalam syubat itu berarti dia terjerumus ke dalam perkara haram, seperti seorang pengembala yang menggembalakan (binatang ternaknya) di daerah tersebut. ketahuilah, bahwa setiap raja memiliki daerah terlarang. Ketahuilah bahwa daerah terlarang milik Allah swt adalah perkara-perkara yang haram. Ketahuilah, bahwa dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik maka akan menajdi baik seluruh tubuh, dan jika buruk menjadi buruklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa itu adalah hati” (riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, petunjuk bagi kita untuk meninggalkan segala perkara yang syubhat, (yang meragukan)
Onani/ Masturbasi yang terlalu sering bisa memicu aktivitas berlebih pada saraf parasimpatik. Dampaknya adalah produksi hormon-hormon dan senyawa kimia seks meningkat teramasuk asetilkolin, dopamin dan serotonin. Ketidakseimbangan kimiawi yang terjadi akibat hobi onani/masturbasi yang terlalu sering bisa memicu berbagai macam gangguan kesehatan antara lain sebagai berikut:
  1. Kematian. Pada kasus diatas, perlu dipahami. Hal itu sebagaimana firman Allah SWT..,...janganlah  melampaui batas...(Thaaha (20): 81). Manusia memiliki keseimbangan dalam tubuhnya dan apabila terjadi ketidakseimbangan akan berakibat fatal baginya. (terbukti dengan kasus diatas).
  2. Kemampuan ereksi melemah dan Impotensi. Gangguan pada saraf parasimpatik bisa mempengaruhi kemampuan otak dalam merespons rangsang seksual. Akibatnya kemampuan ereksi melemah, bahkan pada tingkat yang parah bisa menyebabkan impotensi yakni gangguan seksual yang menyebabkan penis tidak bisa berdiri sama sekali.
  3. Kebocoran katup air mani. Kemampuan saluran air mani untuk membuka dan menutup pada waktu yag tepat juga terganggu. Akibatnya sperma dan air mani tidak hanya keluar saat ereksi, lendir-lendir tersebut bisa juga keluar sewaktu-waktu seperti ingus sekalipun penis sedang dalam kondisi lemas.
  4. Rambut rontok dan Kebotakan. Dampak lain dari ketidakseimbangan hormon yang terjadi jika terlalu sering masturbasi adalah kerontokan rambut. Jika tidak diatasi, lama-kelamaan akan memicu kebotakan atau penipisan rambut pada pria.



Solusi terhindar dari pemikiran onani/ mastrubasi bagi Remaja

  1. Hindari melihat atau membaca buku, majalah, atau website yang berisikan konten haram pornografi.
  2. Perkuat Impianmu (cita-cita/ yang ingin diraih) dengan menulis atau gambar beri warna. Selanjutnya tempelkan di tempat sekiranya kalian bisa melihat ketika kondisi melamun.
  3. Berdoalah, mohon ampun kepada Allah SWT.
  4. Buatlah kegiatan mengisi kekosongan atau kelonggaran waktu luang atau jadwal kegiatan rutin yang menyehatkan mental maupun fisik. Seperti: membaca ulang buku mapel; olah raga; membantu pekerjaan rumah dll.
  5. Komunikasikan/ curhatlah kepada guru, wali kelas, konselor atau orang tua atau orang yang bisa dipercaya.
Bagaimana bila berteman atau mengenal teman pelaku onani/ mastrubasi

  1. Hindari/ ucapkan ketidak-sukaan/ katakan “tidak” bila dia membuat topik onani/ mastrubasi dihubungkan dengan bercanda, gambar atau kata-kata jorok. Tanpa disadari, memungkinkan dia mengajak kita untuk melakukannya.
  2. Nasehati temanmu. Beri referensi jelas, mengenai kejelekkan onani/ mastrubasi.
  3. Komunikasikan ke wali kelas atau konselor. Anggaplah pelaku onani/ mastrubasi merasa dikasihani karena bisa menyebabkan ketergantungan yang bisa fatal setiap detik hidupnya.
Sumber
dr.Abu Hana El-Firdan; Majalah Konsultasi kita edisi perdana
Liputan6.com, Rio De Janiero; Min, 18 Des 2011 kasus remaja melakukan onani
Sayyid Sabiq (2009) Fiqih Sunnah


1/09/2013

PELARIAN

PELARIAN
Oleh: Reza Gardino
Naskah 08 Juni 2007


    Terus terang, meski sudah beberapa kali mengadakan penelitian Kriminal di LP, pengalaman kali ini adalah pengalaman pertama saya ngobrol langsung dengan seseorang yang didakwa kasus pembunuhan berencana. Dengan jantung dag dig dug, pikiran saya melayang-layang mengira-ngira gambaran orang yang akan saya temui. Sudah terbayang muka keji hanibal lecter, juga penjahat-penjahat berjenggot palsu ala sinetron, dan gambaran-gambaran pembunuh berdarah dingin lain yang sering saya temui di cerita TV. 
     Well, akhirnya setelah menunggu sekian lama berharap-harap cemas, salah satu sipir membawa seorang anak kehadapan saya.Yup, benar seorang anak berumur 8 tahun. Tingginya tidak lebih dari pinggang orang dewasa dengan wajah yang diliputi senyum malu-malu. Matanya teduh dengan gerak-gerik yang sopan. 
     Saya pun membaca berkas kasusnya yang diserahkan oleh sipir itu. Sebelum masuk penjara ternyata ia adalah juara kelas di sekolahnya, juara menggambar, jago bermain suling, juara mengaji dan azan di tingkat kanak-kanak. Kemampuan berhitungnya lumayan menonjol. Bahkan dari balik sekolah di dalam penjara pun nilai sekolahnya tercatat kedua terbesar tingkat provinsi.Lantas kenapa ia sampai membunuh? Dengan rencana pula? 
      Kasus ini terjadi ketika Arif sebut saja nama anak ini begitu, belum genap berusia tujuh tahun. Ayahnya yang berdagang di sebuah pasar di daerah bekasi, dihabisi kepala preman yang menguasai daerah itu. Latar belakangnya karena si ayah enggan membayar uang 'keamanan' yang begitu tinggi. Berita ini rupanya sampai di telinga Arif. Malam esok harinya setelah ayahnya dikebumikan ia mendatangi tempat mangkal preman tersebut. 
Bermodalkan pisau dapur ia menantang orang yang membunuh ayahnya. "siapa yang bunuh ayah saya!" teriaknya kepada orang yang ada di empat itu. 
"Gue terus kenapa?" ujar kepala preman yang membunuh ayahnya sambil disambut gelak tawa di belakangnya. 
     Tanpa banyak bicara anak kecil itu sambil melompat menghunuskan pisau ke perut si preman. Dan tepat mengenai ulu hatinya, pria berbadan besar itu jatuh tersungkur ke tanah. Arif pun langsung lari pulang ke rumah setelahnya. Akhirnya selesai sholat subuh esok paginya ia digelandang ke kantor polisi. 
     "Arif nih sering bikin repot petugas di Lapas!" ujar kepala lapas yang ikut menemani saya mewawancarai arif sambil tersenyum. Ternyata sejak di penjara dua tahun lalu. Anak ini sudah tiga kali melarikan diri dari selnya. Dan caranya pun menurut saya tergolong ajaib. 
Pelarian pertama dilakukannya dengan cara yang tak terpikirkan siapapun. Setiap pagi sampah-sampah dari Lapas itu di jemput oleh mobil kebersihan. Sadar akan hal ini, diam-diam Arif menyelinap ke dalam salah satu kantung sampah. Hasilnya 1-0 untuk Arif. Ia berhasil keluar dari penjara. 
     Pelarian kedua lebih kreatif lagi. Anak yang doyan baca ini pernah membaca artikel tentang fermentasi makanan tape (ingat loh waktu wawancara usianya baru 8 tahun). Dari situ ia mendapat informasi bahwa tape mengandung hawa panas yang bersifat destruktif terhadap benda keras. Kebetulan pula di Lapas anak ini disediakan tape uli dua kali dalam seminggu. Setiap disediakan tape, arif selalu berpuasa karena jatah tape itu dibalurkannya ke dinding tembok sel tahanannya. Hasilnya setelah empat bulan, tembok penjara itu menjadi lunak seperti tanah liat. Satu buah lubang berhasil dibuatnya. 2-0 untuk arif. Ia keluar penjara ke dua kalinya. 
     Pelarian ke tiganya dilakukan ala Mission Imposible. Arif yang ditugasi membersihkan kamar mandi melihat ember sebagai sebuah solusi. Besi yang berfungsi sebagai pegangan ember itu di simpannya di dalam kamarnya. Tahu bahwa dirinya sudah diawasi sangat ketat, Arif memilih tempat persembunyian paling aman sebelum memutuskan untuk kabur. Ruang kepala Lapas menjadi pilihannya. Alasannya jelas, karena tidak pernah satu pun penjaga berani memeriksa ruangan ini. Ketika tengah malam ia menyelinap keluar dengan menggunakan besi pegangan ember untuk membuka pintu dan gembok. Jangan tanya saya bagaimana caranya, pokoknya tahu-tahu ia sudah di luar. 3-0 untuk Arif. 
     Lantas kenapa ia bisa tertangkap lagi? Rupanya kepintaran itu masih berada di sebuah kepala bocah. Pelarian-pelarianny a didorong dari rasa kangennya terhadap ibunya. Anak ini keluar dari penjara hanya untuk ke rumah sang ibunda tercinta. Jadi dari Lapas tanggerang ia menumpang-numpang mobil omprengan dan juga berjalan kaki sekian kilometer dengan satu tujuan, pulang! 
     Karena itu pula pada pelarian Arif yang ketiga, kepala Lapas yang juga seorang ibu ini meminta anak buahnya untuk tidak segera menjemput Arif. Hasilnya dua hari kemudian Arif kembali lagi ke lapas sambil membawa surat untuk kepala Lapas yang ditulisnya sendiri. 
     Ibu kepala Arif minta maaf, tapi Arif kangen sama ibu Arif. Tulisnya singkat. Seorang anak cerdas yang harus terkurung dipenjara. Tapi, saya tidak lantas berpikir bahwa ia tidak benar-benar bersalah dan harus dibebaskan. Bagaimanapun juga ia telah menghilangkan nyawa seseorang. Tapi saya hanya berandai-andai jika saja, polisi bertindak cepat menangkap pembunuh si ayah (secepat polisi menangkap si Arif) pastinya saat ini anak pintar dan rajin itu tidak akan berada di tempat seperti ini. Dan kreativitasnya yang tinggi itu bisa berguna untuk hal yang lain. 

Sumber:
http://sad-ewing.staff.ugm.ac.id

4 KEPRIBADIAN

KEPRIBADIAN ANDA
Menurut HIPOCRATES-GALENUS



Banyak para ahli atau filsuf mengemukakan teori kepribadian. Pada blog ini, Insya Allah topik kepribadian akan berlanjut. Pertama kali, Teori yang populer sampai sekarang dan terus dikembangkan. teori ini muncul dari Hipocrates, seorang tabib dan filsafat. disempurnakan oleh Galenus.
Dasar pemikirannya, ada empat pengelompokkan manusia dari empat macam cairan tubuh yang sangat penting didalam tubuh manusia, yakni:

  1. Sifat kering dalam Chole (empedu kuning)
  2. Sifat basah dalam Melanchole (empedu hitam)
  3. Sifat dingin dalam phlegma (lendir)
  4. Sifat panas dalam Sanguis (darah)
Sehingga memperoleh tipe temperamen (secara singkat)

  • Tipe Choleris (koleris) : orang yang memiliki tipe kepribadian yang khas seperti hidup penuh semangat, keras,  hatinya mudah terbakar, daya juang besar, optimistis, garang, mudah marah, pengatur, penguasa, pendendam, dan serius.
  • Tipe Melancholis (Melankolis): orang yang memiliki tipe kepribadian yang khas seperti mudah kecewa, daya juang kecil, muram, pesimistis, penakut, dan kaku.
  • Tipe Phlegmatis : orang yang memiliki tipe kepribadian yang khas seperti tidak suka terburu-buru, tenang, tidak mudah dipengaruhi, setia, dingin, santai dan sabar.
  • Tipe Sanguinis : orang yang memiliki tipe kepribadian yang khas seperti hidup mudah berganti haluan, ramah, mudah bergaul, lincah, periang, mudah senyum, dan tidak mudah putus asa.
Berdasar tipe kepribadian diatas, kami mengelompokkan kaitan dengan emosi, pekerjaan, sebagai orang tua dan sebagai teman serta kelemahannya. Dapat di download disini
diperoleh dari berbagai sumber

http://www.psikologizone.com/tipe-kepribadian-hippocrates-dan-galenus/06511495

1/03/2013

Anak Belajar dari Kehidupannya

ANAK BELAJAR DARI KEHIDUPANNYA
(Dorothy Law Nolte)


Jika anak dibesarkan dengan celaan...
               Ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan...
               Ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan...
               Ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan...
               Ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi...
                Ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan...
                Ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian...
                Ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan...
                Ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman...
                Ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan...
                Ia belajar menyenangi dirinya
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan dan hubungan baik...
                Ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan